Tak sedikit desainer yang mencoba mengemas batik dalam bentuk busana yang lebih modern. Kali ini kreasi unik datang dari Bai Soemarlono dan Joseph Lim.
Duo desainer pendiri brand Populo ini memadukan unsur Timur dan Barat menjadi satu kesatuan dalam 52 set busana modern kontemporer.
Fashion show yang berlangsung di Hall B Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta Pusat itu terbagi menjadi tiga sekuen. Pertama diberi tema East meets West yang menampilkan motif Jawa Pesisiran seperti Tirtotedjo, Kawung dan Grinsing, namun menggunakan pewarnaan Sogan khas Solo dan Bedaan dari Jogjakarta. Dominasi warnanya cokelat dan putih, cukup kental nuansa Jawa namun hadir dalam potongan busana ala Barat yang lebih modern. Misalnya blouse bersiluet longgar, jumpsuit serta rok A-line.
"Kita pakai sarung kain kebaya tapi kita bikin twist sehingga lebih modern," tutur Bai saat berbincang dengan media sesaat sebelum fashion show, Minggu (27/10/2010), dilansir Wolipop.
Sekuen kedua yang diberi tema West meets East, masih menggunakan motif-motif klasik batik Jawa namun diolah dengan pendekatan ala Barat. Kali ini Batik tampil dalam nuansa monokromatik hitam-putih, bukan lagi kaya warna seperti batik tradisional pada umumnya. Motif-motif disusun dengan teknik tumpuk yang menegaskan siluet tubuh pemakainya.
Sekuen ketiga adalah Weast, yang merupakan singkatan gabungan kata dari West dan East. Di sekuen terakhir ini Bai dan Joseph mencoba menyeimbangkan unsur Timur dan Barat tersebut sehingga tidak ada yang lebih menonjol. Keduanya bersatu ke dalam busana kontemporer dengan potongan yang unik.
"Populo memang sangat dikenal dengan kombinasi Western dan Eastern-nya. Kadang lebih berat ke Timur atau Barat yang lebih berat. Tapi pada akhirnya tetap seimbang, keduanya menyatu," ungkap Joseph.
Kolaborasi dengan Hair Stylist dan Seniman Tato
Dalam tema Weast, duo desainer yang telah merilis brand Populo sejak 20 tahun lalu ini menggandeng seniman lain di luar dunia fashion. Mereka adalah Tobias Vetter dan Viktor Leske. Viktor adalah seorang hair stylist ternama asal Berlin, Jerman yang kepiawaiannya dalam menata rambut sudah tak perlu diragukan lagi.
"Banyak selebriti dunia kalau datang ke Berlin, styling rambutnya ya dia yang kerjakan," tutur Bai.
Bentuk kolaborasinya pun unik. Peran Viktor bukan untuk menata rambut para model yang berjalan membawakan rancangan Populo melainkan menambahkan ide ke dalam motif busananya. Dari kolaborasi ini, terciptalah busana motif Batik dengan tambahan motif bergambar sisir dan gunting yang saling menyilang.
"Kalau dilihat sekilas mungkin tidak terlalu terlihat. Tapi jika diperhatikan ada pola gambar sisir dan gunting," terang Bai, sambil memperlihatkan contoh busana yang sedang dikenakannya.
Sementara Tobias Vetter adalah seniman tato yang juga berbasis di Berlin. Tobias merupakan seniman tato yang dikenal dengan karyanya yang bernuansa kontemporer dan cenderung gloomy. Sebagian besar lukisan tatonya terinspirasi dari unsur arsitektur, seni kontemporer dan fotografi di tahun '90-an.
"Kita akan melihat ada motif seperti bentuk nadi manusia. Nadi adalah simbol dari kehidupan manusia, dimana darah mengalir dan itu sangat erat kaitannya dengan seni tato," ujar Joseph.
Gambar nadi tersebut diaplikasikan sebagai motif latar busana. Di atas motif tersebut, kita bisa melihat motif lain seperti gambar payung, pipa, pisau dan botol. Identitas batik Jawa Alas-alasan (motif batik Yogyakarta yang mengandung arti 'hutan') yang menjadi inspirasi dalam sekuen ketiga itu pun ikut melebur menjadi motif baru yang modern.
"Semua motif dikerjakan secara handmade, dengan tulisan tangan," tutup Bai.
Tidak ada komentar: