Kain Batik tidaklah sama dengan kain untuk membuat kaos oblong. Dalam membuat batik, tidak semua kain bisa digunakan dalam membuat batik. Hanya kain-kain tertentu yang cocok digunakan untuk membuat batik.
[Continue Reading]
Sabtu, 29 November 2014
Kolaborasi Batik Dengan Tato Dan Gaya Rambut
Tak sedikit desainer yang mencoba mengemas batik dalam bentuk busana yang lebih modern. Kali ini kreasi unik datang dari Bai Soemarlono dan Joseph Lim.
[Continue Reading]
Busana Muslim Batik yang Chic dan Etnik Karya NurZahra
Busana muslim memiliki tempat tersendiri di industri fashion Indonesia. Indonesia pun ditargetkan menjadi salah satu pusat mode hijab dunia di 2020. Dalam gelaran hari pembukaan Jakarta Fashion Week (JFW) 2015 pada Sabtu (1/11/2014), fashion show khusus hijab juga tak lupa dihadirkan. Parade busana gabungan itu menampilkan empat brand busana hijab ternama, salah satunya NurZahra.
Dikutip dari Wolipop, nama NurZahra tentunya sudah tak asing lagi di kalangan penggiat fashion hijab. Merek yang mengusung teknik pewarnaan batik tersebut pernah mencuri perhatian ketika tampil di Tokyo Fashion Week hingga masuk dalam situs fashion Women's Wear Daily.
Brand yang digawangi oleh Windri Widiesta Dhari itu kali ini menampilkan koleksi Spring/Summer 2014. Koleksi bertajuk Hanging Garden tersebut pun terinspirasi oleh keindahan legenda taman Babylonia.
Inspirasi taman legenda tersebut sepertinya dituangkan Windri melalui motif floral yang dihadirkan pada koleksinya. Ada sekitar enam corak utama yang kerap dikombinasikan dalam satu set tampilan.
Tampilan semakin menarik dengan diterapkannya model jilbab Babushka yang sering dikenakan wanita Polandia serta Rusia sebagai penutup kepala. Kemudian diaplikasikan pula sepatu Broque asal Skotlandia sehingga menghadirkan tampilan yang chic dan etnik.
Menggunakan bahan-bahan seperti cotton voile, sutra, dan tenun dobi, Windri banyak menghadirkan busana dengan siluet A-line yang longgar. Warna-warna dibuat sejuk dengan biru indigo, putih, serta abu-abu.
Sebuah gaun berbatik bunga warna coklat tampil dengan ruffle di bagian bawah. Busana itu dipercantik dengan manset lengan ruffle berwarna biru yang membuat tampilan menjadi lebih atraktif. Selain itu, cukup banyak pula jubah yang dipadankan dengan atasan dan celana yang masing-masing memiliki warna serta motif yang berbeda-beda. Tidak menjadi aneh, tampilan tersebut justru dikemas apik.
Tak kalah dengan NurZahra, Dian Pelangi pun menampilkan sesuatu yang berbau etnis namun lebih ke dalam negeri. Desainer 23 tahun itu mengedepankan tema Miss Palembang in New York. Sesuai dengan tajuknya, Dian mencoba menyuguhkan sosok wanita sejati Palembang dengan mengangkat songket asal kota pempek tersebut.
Songket itu pun umumnya dijadikan atasan dengan struktur pundak yang tegas serta sesekali berpotongan mullet. Sebagai bawahan Dian banyak menerapkan rok beludru. Koleksi berkesan elegan serta mewah ini pernah Ia tampilan di Washington DC Fashion Week.
Kemudian ada pula brand Etu yang menampilkan busana hijab serba putih. Koleksi bertajuk Metropolished itu merupakan koleksi Spring/Summer 2014 Etu. Rangkaian tersebut pun berkesan androginy, dan sedikit edgy.
Sang desainer, Restu Anggraini juga banyak mengusung material anyam yang dihadirkan sebagai atasan, outer, serta gaun. Sebagai gambaran, sebuah tampilan serba putih dengan gamis bermaterial anyam dipadukan bersama dalaman blus berkerah. Praktis dan minimalis.
Terakhir ada brand Norma Hauri yang menyuguhkan koleksi bernuansa pastel serta merah. Rangkaian busana itu banyak menawarkan busana muslimah dengan penerapan manik serta aksen lipat pada dada yang terlihat seperti busana off-shoulder. Misalnya saja sebuah gaun lengan panjang yang dihadirkan dengan belahan tinggi di bagian depan.
Bagian atas baju itu ditampilkan dengan aksen seperti off-shoulder yang bagian pundaknya dihias ramai manik. Sebagai bawahan, celana pensil hitam pun diterapkan agar tampilan berkesan dinamis.
[Continue Reading]
Dikutip dari Wolipop, nama NurZahra tentunya sudah tak asing lagi di kalangan penggiat fashion hijab. Merek yang mengusung teknik pewarnaan batik tersebut pernah mencuri perhatian ketika tampil di Tokyo Fashion Week hingga masuk dalam situs fashion Women's Wear Daily.
Brand yang digawangi oleh Windri Widiesta Dhari itu kali ini menampilkan koleksi Spring/Summer 2014. Koleksi bertajuk Hanging Garden tersebut pun terinspirasi oleh keindahan legenda taman Babylonia.
Inspirasi taman legenda tersebut sepertinya dituangkan Windri melalui motif floral yang dihadirkan pada koleksinya. Ada sekitar enam corak utama yang kerap dikombinasikan dalam satu set tampilan.
Tampilan semakin menarik dengan diterapkannya model jilbab Babushka yang sering dikenakan wanita Polandia serta Rusia sebagai penutup kepala. Kemudian diaplikasikan pula sepatu Broque asal Skotlandia sehingga menghadirkan tampilan yang chic dan etnik.
Menggunakan bahan-bahan seperti cotton voile, sutra, dan tenun dobi, Windri banyak menghadirkan busana dengan siluet A-line yang longgar. Warna-warna dibuat sejuk dengan biru indigo, putih, serta abu-abu.
Sebuah gaun berbatik bunga warna coklat tampil dengan ruffle di bagian bawah. Busana itu dipercantik dengan manset lengan ruffle berwarna biru yang membuat tampilan menjadi lebih atraktif. Selain itu, cukup banyak pula jubah yang dipadankan dengan atasan dan celana yang masing-masing memiliki warna serta motif yang berbeda-beda. Tidak menjadi aneh, tampilan tersebut justru dikemas apik.
Tak kalah dengan NurZahra, Dian Pelangi pun menampilkan sesuatu yang berbau etnis namun lebih ke dalam negeri. Desainer 23 tahun itu mengedepankan tema Miss Palembang in New York. Sesuai dengan tajuknya, Dian mencoba menyuguhkan sosok wanita sejati Palembang dengan mengangkat songket asal kota pempek tersebut.
Songket itu pun umumnya dijadikan atasan dengan struktur pundak yang tegas serta sesekali berpotongan mullet. Sebagai bawahan Dian banyak menerapkan rok beludru. Koleksi berkesan elegan serta mewah ini pernah Ia tampilan di Washington DC Fashion Week.
Kemudian ada pula brand Etu yang menampilkan busana hijab serba putih. Koleksi bertajuk Metropolished itu merupakan koleksi Spring/Summer 2014 Etu. Rangkaian tersebut pun berkesan androginy, dan sedikit edgy.
Sang desainer, Restu Anggraini juga banyak mengusung material anyam yang dihadirkan sebagai atasan, outer, serta gaun. Sebagai gambaran, sebuah tampilan serba putih dengan gamis bermaterial anyam dipadukan bersama dalaman blus berkerah. Praktis dan minimalis.
Terakhir ada brand Norma Hauri yang menyuguhkan koleksi bernuansa pastel serta merah. Rangkaian busana itu banyak menawarkan busana muslimah dengan penerapan manik serta aksen lipat pada dada yang terlihat seperti busana off-shoulder. Misalnya saja sebuah gaun lengan panjang yang dihadirkan dengan belahan tinggi di bagian depan.
Bagian atas baju itu ditampilkan dengan aksen seperti off-shoulder yang bagian pundaknya dihias ramai manik. Sebagai bawahan, celana pensil hitam pun diterapkan agar tampilan berkesan dinamis.
Hitam Putih Koleksi Alleira Di Jakarta Fashion Week
Bicara tentang brand batik premium Alleira Batik, tentunya yang terbayang adalah busana berbahan dasar kain batik yang terkesan dewasa dan juga etnik. Namun untuk Jakarta Fashion Week 2015 (JFW), Alleira mencoba menawarkan sesuatu yang baru dengan busana dalam semburat warna monokrom.
"Acara Jakarta Fashion Week ini tolak ukur tren Indonesia, kami ingin beritahu bahwa Alleira tetap eksis dalam mengikuti tren dan ingin memberikan yang terbaik kepada pelanggan," ungkap Anita Asmaya Sani, creative director Alleira Batik sesaat sebelum show di area fashion tent Jakarta Fashion Week 2015, Senayan City, Jakarta Pusat, Senin (3/11/2014).
Dikutip dari Wolipop, koleksi bernama 'MonochRomantic' persembahan Alleira kali ini tampil lebih dinamis, menghilangkan kesan kaku dari motif batik klasik. Gambaran batik tak sepenuhnya tampil dengan motif tradisional melainkan dibuat lebih modern lewat teknik digital printing dengan dominasi gambar bunga dan garis.
Koleksi dibuat modern dalam siluet gaun malam. Perpaduan dengan material lainnya seperti lace hitam, organza, bahan sheer yang menerawang, bahan velvet dan juga bordiran bunga tempel memberi warna berbeda untuk koleksi Alleira yang biasanya tampil formal.
"Koleksi baru Alleira menampilkan motif yang bukan batik tapi tetap ada unsur batik. Jadi kita bisa menampilkan tren modern. Kita akan sajikan koleksi ini dalam bentuk ready to wear untuk market spring/summer 2015," tambah Anita.
Peragaan busana terbagi atas empat sekuen yang menggambarkan sisi kewanitaan dari mulai yang dinamis sampai glamour. Sekuen pertama koleksi tampil dalam warna hitam, putih dan sedikit sentuhan biru. Potongan terusan klasik yang membentuk siluet tubuh ditampilkan dengan motif-motif batik yang membaur dengan nuansa floral.
Beberapa terusan pas badan dari bahan silk dan taffetta, dipadukan dengan cape panjang berpotongan tegas. Terusan lainnya tampil dengan aksen peplum yang feminin. Alleira juga menampilkan atasan berbahan silk dengan paduan rok potongan mullet atau asimetris memanjang ke belakang. Potongan mullet menjadi favorit desainer untuk menambah drama dalam koleksinya. Sempat pula menjadi tren runway dunia di tahun 2012 semenjak dipopulerkan oleh Alexander McQueen.
Di sekuen-sekuen berikutnya, printing motif batik dijadikan aksen sebagai pelengkap material lainnya seperti lace, bordir, jacquard, sequin dan juga beludru. Masih dalam siluet gaun cocktail yang feminin dalam siluet pas badan. Potongan high-slit atau belahan rok tinggi ala gaun bintang Hollywood di karpet merah membuat koleksi tampil lebih berani kali ini.
Dalam sekuen terakhir yang bertajuk The Romanticlosure, deretan koleksi gaun malam menjadi penutup show tunggal Alleira dengan 48 set yang ditampilkan hari ini. Gaun-gaun panjang dengan siluet ball gown ditampilkan. Salah satunya hadir dengan bagian atas dari renda ataupun bordir dalam warna hitam, sedangkan bagian bawahnya tampil dalam siluet rok melebar. Adapun gaun dengan potongan dada berbentuk V yang cukup panjang yang tampil dengan rok menyapu lantai.
"Alleira mengeluarkan siluet tegas dan berkarakter, baik dari bahan maupun cutting-nya. Jenis kain banyak yg berstruktur, maskulin karena bahan tebal. Namun diberi detail banyak penambahan lipit, ruffle, organza agar kesan kewanitaan tidak hilang," tutup creative director dari Alleira Batik.
[Continue Reading]
"Acara Jakarta Fashion Week ini tolak ukur tren Indonesia, kami ingin beritahu bahwa Alleira tetap eksis dalam mengikuti tren dan ingin memberikan yang terbaik kepada pelanggan," ungkap Anita Asmaya Sani, creative director Alleira Batik sesaat sebelum show di area fashion tent Jakarta Fashion Week 2015, Senayan City, Jakarta Pusat, Senin (3/11/2014).
Dikutip dari Wolipop, koleksi bernama 'MonochRomantic' persembahan Alleira kali ini tampil lebih dinamis, menghilangkan kesan kaku dari motif batik klasik. Gambaran batik tak sepenuhnya tampil dengan motif tradisional melainkan dibuat lebih modern lewat teknik digital printing dengan dominasi gambar bunga dan garis.
Koleksi dibuat modern dalam siluet gaun malam. Perpaduan dengan material lainnya seperti lace hitam, organza, bahan sheer yang menerawang, bahan velvet dan juga bordiran bunga tempel memberi warna berbeda untuk koleksi Alleira yang biasanya tampil formal.
"Koleksi baru Alleira menampilkan motif yang bukan batik tapi tetap ada unsur batik. Jadi kita bisa menampilkan tren modern. Kita akan sajikan koleksi ini dalam bentuk ready to wear untuk market spring/summer 2015," tambah Anita.
Peragaan busana terbagi atas empat sekuen yang menggambarkan sisi kewanitaan dari mulai yang dinamis sampai glamour. Sekuen pertama koleksi tampil dalam warna hitam, putih dan sedikit sentuhan biru. Potongan terusan klasik yang membentuk siluet tubuh ditampilkan dengan motif-motif batik yang membaur dengan nuansa floral.
Beberapa terusan pas badan dari bahan silk dan taffetta, dipadukan dengan cape panjang berpotongan tegas. Terusan lainnya tampil dengan aksen peplum yang feminin. Alleira juga menampilkan atasan berbahan silk dengan paduan rok potongan mullet atau asimetris memanjang ke belakang. Potongan mullet menjadi favorit desainer untuk menambah drama dalam koleksinya. Sempat pula menjadi tren runway dunia di tahun 2012 semenjak dipopulerkan oleh Alexander McQueen.
Di sekuen-sekuen berikutnya, printing motif batik dijadikan aksen sebagai pelengkap material lainnya seperti lace, bordir, jacquard, sequin dan juga beludru. Masih dalam siluet gaun cocktail yang feminin dalam siluet pas badan. Potongan high-slit atau belahan rok tinggi ala gaun bintang Hollywood di karpet merah membuat koleksi tampil lebih berani kali ini.
Dalam sekuen terakhir yang bertajuk The Romanticlosure, deretan koleksi gaun malam menjadi penutup show tunggal Alleira dengan 48 set yang ditampilkan hari ini. Gaun-gaun panjang dengan siluet ball gown ditampilkan. Salah satunya hadir dengan bagian atas dari renda ataupun bordir dalam warna hitam, sedangkan bagian bawahnya tampil dalam siluet rok melebar. Adapun gaun dengan potongan dada berbentuk V yang cukup panjang yang tampil dengan rok menyapu lantai.
"Alleira mengeluarkan siluet tegas dan berkarakter, baik dari bahan maupun cutting-nya. Jenis kain banyak yg berstruktur, maskulin karena bahan tebal. Namun diberi detail banyak penambahan lipit, ruffle, organza agar kesan kewanitaan tidak hilang," tutup creative director dari Alleira Batik.
Karya Batik Ini Dipamerkan Desainer Indonesia di Switzerland
Tidak banyak yang tahu bahwa di Switzerland, ada sekumpulan fashionista yang mengapresiasi keindahan kain batik, salah satu kekayaan budaya Indonesia yang turun-temurun diwariskan dan berkembang motifnya sesuai modernisasi. Mereka pun menggelar sebuah perhelatan yang disebut Indonesian Fashion & Batik Festival (IFBF). Tahun lalu, ajang ini diasakan di Volkhaus Zurich dan menggandeng beberapa nama desainer, baik yang namanya sudah tidak asing seperti Ichwan Toha maupun mereka yang baru merintis.
Yang terkini, tepatnya di kota Uster, Switzerland, Jumat (31/10/2014), perhelatan tersebut kembali digelar dan diberi nama The Dawn of Monumental Harmony. Salah satu nama perancang yang kembali ikut serta adalah Aji Bram. Tak sendiri, dirinya juga menggandeng nama-nama baru seperti Gamia Dewanggamanik, Santika Syaravina, Harry Lam dan Jo Kalbariadi untuk menampilkan karya-karya kreatif anak bangsa pada pagelaran tersebut.
Dilansir Wolipop, Gedung Stadthofsaal malam itu dipenuhi oleh para pencinta dan pengamat mode dari berbagai media setempat. Tidak kurang 90 tampilan busana siap pakai hingga pengantin digelar di hadapan ratusan pengunjung. Di tangan para designer muda asal Indonesia tersebut, kekayaan tekstil Indonesia seperti batik, lurik, dan tenun yang sederhana, disulap menjadi busana malam yang mewah dan elegan.
Dalam sambutannya, Duta Besar RI untuk konfederasi Swiss dan Liechtenstein menyatakan bahwa adalah suatu hal positif dapat mengetengahkan batik dan motif-motif asli Indonesia di mancanegara. KBRI Bern tentunya senantiasa membantu setiap usaha lebih memperkenalkan batik dan promosi produk-produk kreatif asal Indonesia mengingat Swiss adalah negara potensial bagi produk Indonesia.
Selain produk pakaian siap pakai, panggung runway juga digunakan untuk menggelar karya perancang aksesori asal Indonesia, Johanes dari Bali. Mengisi acara agar semakin meriah disediakan pula makanan khas Indonesia yang disiapkan wisma KBRI dan masyarakat Indonesia seperti bakmi goreng, lemper dan wajik. Secara keseluruhan, nuansa Indonesia begitu kental terasa dengan kehadiran peserta kreatif dari Indonesia dan diharapkan memberikan citra yang baik dan mendatangkan kesempatan baru bagi para pelaku mode Indonesia lainnya.
[Continue Reading]
Yang terkini, tepatnya di kota Uster, Switzerland, Jumat (31/10/2014), perhelatan tersebut kembali digelar dan diberi nama The Dawn of Monumental Harmony. Salah satu nama perancang yang kembali ikut serta adalah Aji Bram. Tak sendiri, dirinya juga menggandeng nama-nama baru seperti Gamia Dewanggamanik, Santika Syaravina, Harry Lam dan Jo Kalbariadi untuk menampilkan karya-karya kreatif anak bangsa pada pagelaran tersebut.
Dilansir Wolipop, Gedung Stadthofsaal malam itu dipenuhi oleh para pencinta dan pengamat mode dari berbagai media setempat. Tidak kurang 90 tampilan busana siap pakai hingga pengantin digelar di hadapan ratusan pengunjung. Di tangan para designer muda asal Indonesia tersebut, kekayaan tekstil Indonesia seperti batik, lurik, dan tenun yang sederhana, disulap menjadi busana malam yang mewah dan elegan.
Dalam sambutannya, Duta Besar RI untuk konfederasi Swiss dan Liechtenstein menyatakan bahwa adalah suatu hal positif dapat mengetengahkan batik dan motif-motif asli Indonesia di mancanegara. KBRI Bern tentunya senantiasa membantu setiap usaha lebih memperkenalkan batik dan promosi produk-produk kreatif asal Indonesia mengingat Swiss adalah negara potensial bagi produk Indonesia.
Selain produk pakaian siap pakai, panggung runway juga digunakan untuk menggelar karya perancang aksesori asal Indonesia, Johanes dari Bali. Mengisi acara agar semakin meriah disediakan pula makanan khas Indonesia yang disiapkan wisma KBRI dan masyarakat Indonesia seperti bakmi goreng, lemper dan wajik. Secara keseluruhan, nuansa Indonesia begitu kental terasa dengan kehadiran peserta kreatif dari Indonesia dan diharapkan memberikan citra yang baik dan mendatangkan kesempatan baru bagi para pelaku mode Indonesia lainnya.
Langganan:
Postingan (Atom)